PART 2
Intinya seperti itu. Prakteknya bagaimana?
Praktek yang pertama, ya tinggal dipraktekkan, berdoa terus, mohon ampun, mohon kesembuhan, mohon pertolongan Allah dan jangan berhenti berdzikir kepada Allah.
Saya terinspirasi setelah seorang sahabat menghadiahkan saya sebuah buku yang sangat bagus: ”ZIKIR MENYEMBUHKAN KANKERKU” tulisan pengalaman Prof.Dr.H.M.Amin Syukur, M.A.
Praktek yang kedua, juga tinggal dikerjakan. Pikir Positif !!! Terus semangat.
Berpikir positif untuk diri sendiri, orang lain, dan terutama selalu berprasangka baik kepada Allah.
Praktek yang ketiga, libatkan orang2 terdekat dalam penyembuhan.
Saya bicara hati ke hati dengan suami, sepakat bahwa ujian dari Allah ini bukan untuk saya saja, tapi juga untuk suami dan anak2. Mereka diuji oleh Allah lewat penyakit yang saya derita. Alhamdulillah semua menerima dengan ikhlas. Kehidupan rumah tangga kami berjalan seperti biasa, anak2 tidak pernah membuat masalah. Saya tetap melayani suami seolah-olah saya tidak sedang menderita sakit, suami tetap mendukung dan selalu menyayangi saya
Sebenarnya, sejak saya didiagnosa kanker, saya ingin segera menjalani pembedahan dan berharap tidak usah dikemoterapi, karena bagi saya dibedah kan, tidak sakit, tinggal dibius, bangun2 sudah beres. Kalau kemoterapi? Subhanallah, membayangkan efek sampingnya saja mengerikan. Belum lagi proses kemo itu sendiri, kan saya tidak bisa minta dibius tiap kali mau dikemo….he….he…. dasar penakut.
Teman2 mengenal saya sebagai orang yang ceria, artinya cerewet iya, ribut iya, gak bisa diem juga iya. Mereka tidak tau bagaimana saya begitu takut sama yang pahit2, makanya tidak pernah minum jamu, saya takut darah, takut sakit, takut gak enak, takut susah dan banyak lagi lainnya. Alhamdulillah, Allah memberi pikiran positif sehingga aku dapat melihat hikmah dari semua musibah yang menimpaku.
Bagaimana dengan efek kemo yang saya rasakan??? Alhamdulillah wa syukurillah, saya mengalami semua efek kemo yang diterangkan oleh dokter tapi dalam kadar sedikit.
Kalau saya mual, biasanya saya makan sedikit-sedikit tapi sering, tidak makan berat, tapi diganti dengan biskuit, cereal, roti, pisang, coklat, kurma atau apa saja yang menurut saya enak. Selama menjalani kemo, saya tidak pantang makanan apa pun. Kalau saya muntah, ya sudah saya bersihkan, ganti baju, minum air hangat, terus mulai makan lagi, Lha?? kok gampang bener?? Ya, dipaksalah…
Saya pikir kalau lambung sampai kosong, pada saat saya mau muntah, tidak ada makanan yang keluar, tapi tetap ingin muntah, akhirnya cairan lambung yang keluar, dan itu akan lebih sakit. Jadi lebih baik setiap mual atau setelah muntah selalu isi lagi lambung dengan makanan. Nanti semua keluar lagi? Gak masalah, mulai saja makan lagi sedikit demi sedikit.
Sssttt. . . .saya kasih tau rahasianya : Sebetulnya memaksakan makan tidak terlalu sulit juga karena saat itu semua makanan tidak ada rasanya, karenalidahku mati rasa.
Alhamdulillah, kemoterapi hanya membuat lidah saya kebal (tidak bisa merasakan rasa makanan) saja. Teman2 sesama penderita kanker ada yang sariawan begitu parah, hingga makanan tidak bisa lewat. Ada yang karena radiasi tenggorokannya seperti terbakar, sehingga air putih yang ditelan pun rasanya seperti api. Untuk sakit yang luar biasa seperti itu, dokter biasanya memasukkan makanan lewat infus atau cara lain.
Tapi kalau cuma mual dan muntah saja? Ayolah, kita pasti bisa mengatasinya
Chemotherapy kedua
Masih seminggu lagi sebelum kemo kedua aku jalani, rambutku sudah mulai terlepas dari kepala. Bukan rontok lagi, tapi benar2 terlepas dari kulit kepala. Jangankan menyisir rambut, mengangkat kepala dari atas bantal saja, rambutku tertinggal di bantal. Kondisiku benar2 mengerikan. Seperti nenek sihir di cerita Hansel and Gretel. Kepala pitak disana sini, karena terlepasnya rambut tidak teratur, ada sebagian kepala masih berambut, sebagian lagi sudah tinggal kulit kepalaku saja. Alhamdulillah, Allah memberiku kekuatan untuk menghadapi kebotakan ini dengan tenang.
Karena aku tahu rambutku akan habis juga, aku ajak anak2ku untuk bergantian menyisir rambutku yang tersisa supaya terlepas semua dari kepalaku.
Keesokkan paginya giliran suamiku merapikan sisa2 rambut yang masih menempel, di atas telinga, di sekitar kening, dahi dan tengkuk dengan pisau cukurnya. Alhamdulillah, suami dan anak2ku dapat menerima keadaanku dengan kepala plontos.
Setelah kemo ketiga, tubuhku kaku seperti papan. Mulai dari bahu sampai pinggang, tidak bisa aku gerakkan sama sekali. Rasanya kaku, pegal, kesal karena tidak bisa bergerak ke kanan kiri. Selama beberapa hari aku tidur dengan posisi duduk, karena kalau berbaring, aku khawatir tidak bisa bangun dari tempat tidur.
Alhamdulillah Allah memberiku kemudahan untuk tidur, jadi meskipun sambil duduk, tidurku cukup nyenyak, makanku tetap enak. Selain punggung pegal, aku tidak punya keluhan apa-apa.
Kemo ke empat, tanggal 30 Juli 2009, bertepatan dengan ulang tahun anakku, Mutiara, yang ke 17. Aku terharu, sementara teman2 SMAnya merayakan ultah ke 17 mereka secara istimewa, anakku menghabiskan hari ultahnya menemani ibunya di RS. Keesokkan harinya adik-adikku, Lusi dan Sukma menjemputku di RS, karena suamiku harus bekerja. Kami mampir beli Izzi Pizza dan es krim BR untuk acara makan2 bersama.
Saat itu efek kemo mulai menunjukkan bekasnya di kulitku. Pembuluh darah di tanganku menghitam, melukiskan aliran obat kemo seperti gambar sungai di lengan kananku. Ah, tidak apa2, tidak terasa sakit sama sekali. Cuma seperti punya tato gambar sungai ciliwung di tangan… he…he…
Aku teratur menjalani kemoterapi setiap 3 minggu 1 kali. Kemo ke 5 tanggal 20 Agustus 2009, hanya 2 hari sebelum 1 Ramadhan 1430 H. Sedih juga tidak bisa ikut puasa hari pertama karena baru menjalani kemo. Tapi seminggu setelah kemo, saya konsultasikan dengan dokter mengenai keinginan saya untuk syaum. Alhamdulillah, dokter mengijinkan, dengan catatan bila ada masalah,harus langsung berbuka. Bukankah Allah memberikan keringanan untuk orang yang sakit untuk tidak berpuasa?
Hari pertama aku mencoba puasa Ramadhan, tiba-tiba semua tubuhku terasa gatal2 seperti kalau aku alergi sesuatu. Aku coba tahan, tapi akhirnya jam 2 siang aku terpaksa berbuka karena harus minum incidal untuk menghentikan rasa gatal di seluruh tubuhku.
Keesokkan harinya, aku niatkan puasa dengan sungguh-sungguh, dan berdoa, memohon kekuatan dalam menjalankan ibadah ini. Alhamdulillah hari itu aku berhasil menahan diri, dan berbuka di waktu maghrib. Hari2 selanjutnya aku jalani puasa dengan hati2, bila tidak kuat aku berbuka, tapi kalau sanggup, aku teruskan sampai azan maghrib. Alhamdulillah, aku masih dapat berpuasa, hari-hari aku tidak berpuasa kuganti dengan membayar fidyah, karena kondisiku belum memungkinkan untuk mengganti puasa dengan berpuasa lagi.
Efek kemo yang paling dasyat adalah sakit gigi yang tak tertahankan yang kurasakan setelah kemo yang kelima. Rasanya gigi dan gusi seperti diguncang-guncang untuk dicabut, obat biusnya sudah habis, tapi giginya tidak mau lepas2. Astagfirullah aladzim…
Selama kesakitan aku duduk bersila di kasur, memeluk bantal, istighfar, dan berlinangan air mata.
Bila sakitnya hilang, aku segera turun dari tempat tidur, buka kulkas, cari makanan…. ha…ha….. dasar tukang makan.
Tapi, serius, makanan atau nutrisi memegang peran penting dalam proses penyembuhan, bila tidak makan dengan benar, bagaimana obat bisa bekerja? Bagaimana daya tahan tubuh akan bisa melawan penyakit yang menggerogoti tubuh?
Alhamdulillah, saya diberi kemudahan untuk makan apa saja, sehingga tiap ada kesempatan, saya manfaatkan untuk memberi nutrisi pada tubuh, meningkatkan daya tahan, dan berjuang melawan penyakit ini dari dalam.
Tapi kalau gigi dan gusi terasa sakit lagi aku kembali jalani ritual, diam di kamar, istighfar, dan berlinangan air mata menahan sakit.
Sakit gigi ini kurasakan selama 1 minggu, datang dan pergi, dalam sehari bisa dua – tiga kali, kadang-kadang pagi, siang atau tengah malam saat semua terlelap.
Suamiku tidak tahan melihat penderitaanku, menyarankan untuk segera ke dokter gigi, mengira itu karena ada gigi yang berlubang atau tambalan yang lepas. Setelah sakit gigi dan gusi linu berkurang, aku membatalkan kunjunganku ke dokter gigi. Pikirku, lebih baik menunggu kemo selesai, tinggal satu kali lagi, baru aku akan ke dokter gigi.
Kemo terakhir aku jalani tanggal 10 September 2009, alhamdulillah, semua berjalan lancar. Setelah ini aku tinggal menjalani radioterapi, tapi harus menunggu 3 minggu sejak kemoterapi terakhir. Aku putuskan untuk mulai radioterapi tgl 1 Oktober.
20 September 2009, hari pertama Lebaran, kami berkumpul di rumah mertuaku di Tebet. Kondisiku hari itu benar2 lelah dan mengantuk, sehingga aku tertidur di kamar seharian sampai semua tamu pulang.
Lebaran hari kedua, kondisiku sudah kembali sehat, kebetulan keluarga pamanku mengadakan open house di Pandeglang, Jadilah kami sekeluarga meluncur ke arah Anyer untuk bersilaturahmi di sana.
Karena acara sampai sore, kami berpikir untuk menginap saja di Tanjung Lesung Resort, hanya 2 jam perjalanan dari sana. Alhamdulillah, keluarga adikku, Lusi, ikut bergabung dengan kami ke Tanjung Lesung.
Paginya kami berjalan2 di sepanjang pantai Tanjung Lesung, anak2 bermain air laut, bermain pasir, dan naik jet ski. Aku bahkan mencoba naik jet ski berdua suamiku. Benar-benar menyenangkan. Aku sampai lupa baru 10 hari yang lalu aku menjalani kemoterapiku yang ke enam.
(Bersambung)