Saturday, August 13, 2011

TINDAKAN OPERASI


TINDAKAN OPERASI
Dokter memutuskan satu-satunya jalan untuk sembuh adalah pembedahan, pengangkatan jaringan payudara yang kena kanker. Tiba-tiba aku serasa digerogoti oleh jutaan semut api yang merambat di seluruh tubuhku. Akugilapen. Ingin kanker di tubuhku cepat dibuang, dengan tenang aku minta dioperasi secepatnya. Suamiku terlihat terkejut tapi dia mengangguk menyatakan persetujuannya.
Setahuku, biasanya dokter perlu waktu untuk meyakinkan pasien, bahwa pembedahan adalah jalan terbaik untuk menghentikan perkembangan dan penyebaran kanker, dan biasanya pasien perlu waktu untuk menelan pil pahit vonis kanker, menenangkan diri atau mencoba pengobatan alternatif selain operasi. Tapi aku tidak. Aku sudah mantap harus segera dioperasi, sebelum kanker itu menyebar ke bagian lain dari tubuhku.
Karena aku sudah setuju untuk dibedah, Dokter langsung menyuruhku foto tulang (bone scan), foto thorax dan abdomen serta pemeriksaan darah lengkap untuk persiapan operasi.
Tgl. 21 April 2009. Diantar Mutiara, anakku yang sulung aku mendaftar pemeriksaan bone scan di basement RS Dharmais. Ternyata, untuk  pemeriksaan tersebut, aku  harus bikin janji dulu sehari sebelumnya, bawa 2 lt air minum,  dan harus datang sebelum jam 8 pagi. Akhirnya aku pulang setelah buat janji untuk pemeriksaan esok harinya.
Tgl.22 April 2009. Diantar Permata, anakku yang kedua, aku berangkat jam setengah 6 pagi dari Bekasi supaya dapat  tiba di RS sebelum jam 8. Aku dapat giliran pertama  di foto thorax, dan foto abdomen. air minum sebanyak 2 lt yang kubawa dari rumah harus dihabiskan dalam waktu 1 jam. Karena kata perawat, supaya hasil foto tulang (bone scan) bagus, tubuhku harus mengandung  cukup cairan.
Suamiku tetap berharap aku menemui dokter lain untuk minta second opiniontentang kondisi penyakitku. Untuk menenangkannya aku langsung ke RS Hermina Bekasi sepulang dari RS Dharmais. Sayangnya dokter bedah di RS Hermina sedang operasi, jadi aku buat janji untuk hari Sabtu.
Tgl.23 April 2009. badanku pegal semua. Kaku dari pinggang sampai pundak. Mungkin karena kemarinnya terlambat makan dan  terlalu lelah menjalani semua pemeriksaan. Keesokan harinya aku masih istirahat di rumah.
Tgl.25 April 2009. hari Sabtu, suamiku mengantarku menemui dokter bedah di RS Hermina. Dokter bedah memastikan bahwa aku memang kena kanker, dan menganjurkan untuk segera operasi.
Aku sebenarnya ingin dioperasi di Bekasi saja biar dekat rumah.  Tapi suamiku menyarankan aku untuk dioperasi di Dharmais, karena merupakan RS pusat kanker. Aku setuju.
Malam itu kami sekeluarga makan di luar dan belanja kebutuhan bulanan. Tidak tampak sama sekali kalau aku menderita sakit yang sangat serius. Bahkan Minggu pagi aku isi dengan membereskan rumah. Kupikir, kalau aku jadi dioperasi hari Senin, sebaiknya rumahku sudah rapi.
Sampai Senin itu aku masih belum punya PRT. Suamiku tidak masuk kerja hari itu untuk menemani aku ke RS. Dharmais. dr.Samuel senang melihat hasil foto thorax, abdomen dan bone scanku yang bersih maksudnya sel kanker belum menyebar ke daerah rongga dada, rongga perut maupun tulang. Artinya kankerku masih stadium dini. Alhamdulillah.
Aku dan dokter sepakat untuk menjadwalkan operasiku sesegera mungkin. Dokter menyediakan waktunya Selasa atau Rabu pagi, aku disuruh masuk ruang perawatan malam itu juga, agar paginya bisa langsung operasi.
Sayangnya malam itu tidak ada kamar perawatan yang kosong. Aku baru dapat kamar Selasa sore. Malam itu aku menginap di RS sendirian. Kalau ada yang menemani, aku justru khawatir akan menangis terus dan tidak bisa istirahat. Ternyata benar, malam itu aku tertidur dengan mudah, setelah aku berdoa, kupasrahkan hidup dan matiku pada Allah swt. Bila memang ini sudah waktuku aku hanya mohon Allah mengampuni dosa-dosaku, dan aku dapat mati dalam keadaan yang baik.
Keesokan paginya seluruh keluargaku berkumpul, orang tuaku, adik2ku, suami dan kedua anak perempuanku. Bahkan tanteku dari pihak ibu, juga datang memberi semangat.
Rabu pagi, 29 April 2009, Sebelum operasi, dr.Samuel membrief aku dan suamiku, dia ragu untuk melakukan operasi melihat hasil hbku yang rendah (hanya 8.9 , dari nilai normal 15) Tapi aku bersikeras untuk tetap menjalani operasi hari itu, tepatnya 11 hari sejak aku diketahui mengidap kanker.
Dokter menjelaskan, aku akan menjalani operasi BCT atau Breast Conservating Treatment artinya hanya akan mengambil tumor dan jaringan sekitarnya, tapi mempertahankan jaringan payudara yang sehat. Dokter menyatakan tidak perlu mengangkat seluruh payudara (radical mastectomy) karena kanker yang kuderita masih stadium 2A.
Setelah minta maaf kepada suamiku, aku berdoa, dan didorong masuk ruang operasi. Tak henti-henti aku berdzikir menyebut nama Allah hingga aku tak sadarkan diri. ….
Suster membangunkan aku di ruang recovery. Katanya operasi berjalan lancar, sejak pukul 11.00 sampai pukul 2 siang. Kulihat dadaku sudah dibebat  kain perban. Aku didorong keluar,suamiku menyambut dengan mencium keningku, dan membawa ke kamar perawatan. Banyak teman dan saudara yang datang menjenguk sampai malam. Suamiku pulang jam 9. Malam itu anakku yang kedua, Permata, menemaniku menginap.
Paginya, kondisiku sudah lebih baik, badanku agak pegal karena semalaman tidur miring ke kanan, takut kena bekas operasi di dada kiri. Aku sudah bisa duduk dan turun dari tempat tidur. Aku bahkan sudah dijemput perawat untuk melakukan latihan rehabilitasi medik agar bisa menggerakkan anggota tubuh pasca operasi. Siang itu  banyak tamu datang menjenguk, ada tetangga rumahku di Bekasi, teman-teman SMPku di Asisi, teman-teman di SMAN 8, juga kerabat dekat dan jauh. Semua mendoakan aku agar cepat sehat kembali.
Aku (berjilbab) saat dijenguk teman2 SMP Asisi, sehari setelah operasi
Jumat sore, dr. Samuel mengunjungiku. Melihat kondisiku beliau mengijinkan aku pulang besok pagi.
Sabtu pagi aku siap-siap pulang, dr.Bambang sp.PD mengunjungiku dan menganjurkan aku minum Haemobion selama 6 bulan untuk meningkatkan hb ku yang rendah. Sebelum pulang, aku masih menerima kunjungan dari tetanggaku yang datang menjenguk.
Sampai di rumah, orang tua dan adik-adikku sudah berkumpul, menyambutku di rumah, semua membawakan buah-buahan dan makanan. Bahkan salah seorang adikku meminjamkan PRTnya untuk membantuku selama beberapa hari. Aku sangat bersyukur suami, anak-anak dan seluruh keluarga mensupportku saat menghadapi keadaan yang sulit ini.
Hari-hari selanjutnya, kujalani dengan penuh syukur. Allah swt telah memberiku kesempatan kedua untuk menjalani hidup ini dengan lebih baik.
Tahap pemulihan  setelah operasi berjalan cepat. Setiap habis Subuh, selesai aku membersihkan diri, suamiku mengganti bebat yang menutup perban bekas operasi. Sore hari giliran anakku, Permata, yang Insya Allah menjadi dokter, yang mengganti perban setelah aku mandi sore. Tak terasa sudah 5 hari, waktunya aku kontrol ke dr. Samuel, ternyata spuit (selang yang dipasang untuk mengeluarkan tetesan darah sisa operasi) belum bisa dicopot, tapi dokter sudah mengijinkan aku jalan keluar rumah.
Keesokan harinya,  tepat 6 hari setelah operasi, aku pergi ke salon dekat rumahku  untuk cuci rambut, karena aku belum bisa keramas sendiri. Aku juga ke bank untuk ganti buku tabungan yang sudah habis, sekalian ambil uang untuk bayar keperluan bulanan. Spuit dengan selang yang masih menggantung dari lipatan tangan dan dada aku sembunyikan di balik jaket.
Tanggal 9 Mei adikku ulang tahun, dan merayakannya keesokkan harinya di Aquarium resto. Aku datang, masih dengan spuit di balik bajuku, karena belum dilepas dokter. Banyak tamu yang terkejut melihat aku sudah jalan-jalan, padahal baru seminggu lalu dioperasi. He…he… he….aku memang tidak bisa diam.

No comments:

Post a Comment